1.
Etika,
Moral, dan Etika Perencanaan
Etika
Etika
merupakan perilaku minimum/standard dipersyaratkan dengan nilai-nilai ilmiah,
fislosofi, moral, dan keyakinan tertentu untuk menjamin berlangsungnya proses
pencapaian tujuan kelompook atau individu dalam ruang dan waktu tertentu.
Tujuan
Etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan
buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam
usaha mencapai tujuan itu, Etika mengalami kesulitan, karena pandangan
masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran
(kriteria) yang berlainan.
Secara
metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah
laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan
manusia dari sudut baik dan buruk .Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Adapun Jenis-jenis Etika adalah
sebagai berikut:
1.
Etika Filosofis
Etika
filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari
kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu,
etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat. Ada dua sifat
etika, yaitu:
a.
Non-empiris Filsafat digolongkan
sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta
atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha
melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala
kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang
kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang
seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b.
Praktis Cabang-cabang filsafat
berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa
itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya
tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang
filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan manusia. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif,
dimana etika hanya menganalisis
tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil
melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan
kelemahannya.
2.
Etika Teologis
Terdapat dua
hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya
milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya
masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum,
karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara
umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum. Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan
sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis.
Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika
teologis.
Setiap agama
dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan
menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang
satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika
teologisnya.
Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores
kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam
bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang
sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang
baik dan mana yang wajar.
Moral (Bahasa Latin Moralitas)
adalah istilah manusia menyebut
ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan
tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal
yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber
interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral
yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
Perencanaan
Perencanaan dalam artian yang
sempit bukanlah suatu sains, Melainkan, suatu bentuk tindak sosial, yang diarahkan untuk membentuk lingkungan fisik, dan dikendalikan
oleh seperangkat nilai-nilai moral, politik, dan estetika. Perencanaan adalah
suatu praktek etika, meskipun sesungguhnya dalam upaya mewujudkan nilai-nilai
yang akan dicapai, perencanaan seyogyanya memanfaatkan pemahaman ilmiah yang relevan.
Etika
Perencanaan
Adalah
aksiomatik bahwa keputusan kebijakan publik juga merupakan keputusan etika. Dalam
banyak kebijakan publik lainnya, dimaklumi oleh umum bahwa keputusan kebijakan
publik melibatkan pilihan moral dan
etika. Alokasi sosial ruang bagi
pemanfaatan dan kegiatan yang berbeda secara fundamental merupakan masalah
etika. Karena keputusan tata ruang, baik secara individu maupun kolektif,
mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas hidup sosial dan lingkungan.
2.
Hubungan Etika /Moral dengan Studi PWK
Hubungan etika /
moral dengan studi PWK adalah, Etika sangat
mempengaruhi proses dan hasil perencanaan,
dan Etika diperlukan saat keraguan/kerancuan
di antara beberapa nilai yang ada pada individu atau saat terjadi pertentangan
antar nilai
individu. Serta Etika
bukan merupakan jerat untuk membangun sikap kritis, responsif,
dan reflektif yang selalu muncul dalam perencanaan, namun merupakan
tanggungjawab profesional.
3.
Harapan untuk Mata Kuliah Etika dan Moral Perencanaan
Adapun, harapan untuk MK Etika
Dan Moral Perencanaan adalah, dengan adanya mata kuliah ini setidaknya sedikit
mampu memberikan nilai positif kepada setiap mahasiswa teknik PWK, agar
nantinya mampu melahirkan perencana yang akademis, profesional, dan mempunyai
etika dan moral yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar